KASIH SAYANG

KASIH SAYANG

20090106

Pejuang Islam N.Sembilan perlu contohi Tuanku Imam Bonjol

Adat bersendikan hukum , hukum bersendikan kitab ALLAH. Syarak mengata , adat menurut. Pepatah adat ini bukan untuk suka-suka. Ianya mencatat sejarah perjuangan Tuanku Imam Bonjol yang memperjuangkan agar adat mesti menurut Al Quran dan Hadith. Pejuang Islam khususnya anak-anak Negeri Sembilan perlu hayati perjuangan Tuanku Imam Bonjol ini semasa Perang Paderi.

*******************
Pada awalnya agama Islam di Minangkabau tidak dijalankan secara ketat, karena disamping melaksanakan agama Islam para penganut juga masih menjalankan praktek-praktek adat yang pada dasarnya bertentangan dengan ajaran agama Islam itu sendiri.

Untuk melaksanakan pembersihan terhadap ajaran agama Islam itu Tuanku Nan Renceh membentuk suatu badan yang dinamakan “Harimau Nan Salapan” terdiri dari delapan orang tuanku yang terkenal pada waktu itu di Minangkabau. Diakhir tahun 1803 mereka memproklamirkan berdirinya gerakan Paderi dan mulai saat itu mereka melancarkan gerakan permurnian agama Islam di Minangkabau.

Pada waktu itu di daerah Pasaman muncul seorang ulama besar yang membawa rakyatnya ke arah pembaharuan pelaksanaan ajaran Islam sesuai dengan Alquran dan Hadist Nabi. Karena gerakannya berpusat di Benteng Bonjol maka ulama tersebut akhirnya terkenal dengan nama Tuanku Imam Bonjol, yang semulanya terkenal dengan nama Ahmad Sahab Peto Syarif.

Setelah Tuanku Nan Renceh meninggal tahun 1820, maka pimpinan gerakan paderi diserahkan kepada Tuanku Imam Bonjol dan diwaktu itu gerakan paderi sudah dihadapkan kepada kekuasaan Belanda yang semenjak tahun 1819 sudah menerima kembali daerah Minangkabau dari tangan Inggris.

Karena terjadinya perbenturan kedua kekuatan di Minangkabau yaitu antara kekuatan paderi di satu pihak yang berusaha dengan sekuat tenaga menyebarkan agama Islam secara murni dengan kekuatan Belanda di lain pihak yang ingin meluaskan pengaruhnya di Minangkabau maka terjadilah ketegangan antara kedua kekuatan itu dan akhirnya terjadi perang antara kaum paderi dengan Belanda di Minangkabau.

Perang ini terjadi antara tahun 1821-1833. pada akhirnya rakyat Minangkabau melihat bahwa kekuatan Belanda tidak hanya ditujukan kepada gerakan kaum paderi saja, maka pada tahun 1833 rakyat Minangkabau secara keseluruhannya juga mengangkat senjata melawan pihak Belanda. Perang ini berlangsung sampai tahun 1837.

Tuanku Imam ditangkap Belanda dengan tipu muslihat, dikatakan untuk berunding tetapi nyatanya Belanda menangkap beliau, dibuang semula ke Betawi, tinggal di Kampung Bali, selanjutnya dipindahkan ke Menado.

Beliau telah berjuang sekuat tenaga menegakkan Syiar Islam di Ranah Minangkabau tercinta ini, jasatnya terbujur disebuah desa kecil yang sepi bernama “Lotak” nun jauh diujung pulau Selebes, harapannya kepada kita semua anak Minangkabau, lanjutkan perjuangan beliau dengan menegakkan akidah Islam dalam kehidupan sehari-hari, jawabnya barangkali yang paling tepat bagi kita sekarang, ” Mari kita berbenar-benar menegakkan Adat Basandi Syarak-syarak Basandi Kitabullah “ dalam kehidupan kita.

Rujukan : http://nizamudin.blogspot.com/2008/11/nenek-moyang-minangkabau-berasal-dari.html

2 ulasan:

Tanpa Nama berkata...

Memang Tuanku Imam Bonjol membawa pembaharuan di Tanah Adat Minang, beliau membasmi bid'ah, khurafat dah tahyul yang menjadi sarang kaum tarekat di Tanah Minang, malah beliau sendiri ditentang hebat oleh Kaum Adat juga kaum tua yang amat benci dengan gerakan pembaharuan itu. Malah mengkhianati beliau dengan menjadi tali barut Belanda, kerana bimbang kekuasaan kaum adat akan terhakis. Saya setuju dengan sarana sdr agar Imam Bonjol harus dicontohi, malah harus diketahui juga perpegangan fahamannya yang tidak tertutup dengan sesatu mazhab, partai dan sebagainya, tetapi kembali terus kepada Al-Qur'an dan Sunnah tanpa ada ikatan lain. W'salam.

Tanpa Nama berkata...

Kita harus kenal Imam Bonjol dari dekat dan ketahui kefahaman beliau terhadap Islam yang dipegangnya. Beliau bukan muqalid, beliau menyerukan kepada anak-anak buah supaya kembali kepada ajaran sebanar, bukan bertaqlid, bukan bermazhab, bukan pengamal tarikat yang banyak unsur-unsur tahyul dan khurafat yang datang dari negeri farsi syiah, seperti kaum agama di Jabatan agama Islam NS bertarekat Ahmadiyah. Imam Bonjol dan kawan-kawannya itulah yang banyak orang katakan WAHABI sekarang, ketahuilah.